Pemusnahan ilmu Pengetahuan di Timur Tengah

Minggu, 24 Juli 2011



Pada zamannya, timur tengah pernah menjadi pusat ilmu pengtahuan dunia. Berbagai disiplin ilmu lahir dan berkembang disini. Dan, disaat yang sama Eropa sedang dilanda abad kegelapan (Bayangkan betapa bingungnya Barat melihat ada kaca yang bisa membuat objek membesar, atau melihat rangkaian rumit rumus matematika bahkan kompas pun cukup bikin orang Barat heran). Konsekuensi dari berkembangnya ilmu pengetahuan adalah munculnya buku-buku dan karya ilmiah para ilmuwan arab. Semenjak era Dinasti Bani Umayyah hingga Dinasti Fathimiyyah di Mesir, Ilmu Pengetahuan terus berkembang. Nah, tapi bukan berarti gerak ilmu di Timteng ini mulus-mulus aja karena ternyata banyak juga insiden-insiden yang menyebabkan pemusnahan ilmu pengetahuan di Timteng.

Sebenarnya pemusnahan ilmu-ilmu ini terjadi karena banyak faktor

Pertama, Pemusnahan karena alasan pribadi. Misalnya yang dilakukan Abu Hayyan al-Tauhidi yang membakar buku-bukunya karena aktivitas intelektualnya itu tidak mendapat apresiasi dan pujian masyarakat. (Emmm..mungkin udah capek-capek bikin malah dicuekin. Emosi? Mungkin. Lebay? Bukan gw yang bilang loh). Ada lagi Ahmad bin Abi al-Hawari yang membakar karya dan perpustakaan pribadinya karena merasa udah paham dan bosan membacanya. (Hardcore juga…..) .Ada juga Abu Abdullah Sufyan bin Sa’id bin Masruq bin Rafi’ bin Abdullah al-Tsauri yang mengubur karya-karyanya karena takut kena gebuk dinasti Abbasiyah. (Kalau yang ini lumayan masuk akal). Lain lagi dengan Abu Karib Al-Hamdani yang berwasiat kalau dia mati, tolong semua karyanya dikuburkan bareng dia. ( yang ini gak masuk akal)

Kedua, pemusnahan dilakukan sebagai upaya membendung aliran menyimpang atau membandung pemikiran rival. Ibnu Khaldun (sosiolog) pernah cerita pada tahun 420 H, Sultan Mahmud Al-Ghazanawi memrangi golongan aliran sesat dan membakar buku-buku mereka. Perpustakaan milik Sahib bin Ibad, dedengkot aliran menyimpang juga dibakar habis. Di Maroko, penguasa setempat mengintruksikan buku-buku al-Ghazali.

Ketiga, pemusnahan dilakukan oleh musuh saat Perang. Perpustakaan Bani Ammar di Tripoli habis dibakar oleh Pasukan Salib. Dan yang paling menggenaskan tentu kisah Perpustakaan terbesar Baitul Hikmah di Baghdad. Perpustakaan Baitul Hikmah ini dibangun dengan biaya yang ditaksir mencapai 950 ribu US$ ini hancur oleh serbuan bangsa Tartar Mongol, semua buku dan koleksi perpustakaan dibuang kelaut hingga sungai Dajlah warnanya jadi hitam karena tinta yang luntur ( Kalau Ciliwung hitam karena limbah). Selanjutnya terus terjadi ratusan buku habis dibakar saat perang Turki versus Sudan 1068M, Pasukan Salib juga mengincar buku untuk dibakar saat Perang Salib. Pada 1492, kota Granada Spanyol jatuh ke tangan Pasukan Anthony-Isabella dan Satu juta buku berbau Islam dan Arab dikumpulkan di tengah lapangan Granada lalu dibakar.

Itulah hal-hal yang menyebabkan pemusnahan ilmu pengetahuan. Kalau sekarang kan udah zaman digital….mungkinkah bakal terjadi pemusnahan ilmu pengetahuan lagi? Atau pemusnahan itu dilakukan dengan cara baru misalnya ( misalnya neh) pengangkutan karya-karya Indonesia ke Universitas Leiden Belanda? Who Knows?

0 komentar: