Baden Powell (bapak Pramuka dunia) adalah simpatisan Nazi-hitler?

Sabtu, 11 Februari 2012

Mungkin banyak yang gak tau kalau dulu ketika awal perkembangannya Pramuka (scout) cukup dekat dengan Nazi-hitler. Jika dilihat sejarahnya, Baden Powell (1857-1941) sebagai pendiri Gerakan Kepanduan (Scout Boy) sendiri adalah seorang fasis?. Maka itu diawal pertumbuhannya, Gerakan Kepanduan sangat dekat dengan simbol swastika. Menurut penulis biografi Michael Rosenthal, latar belakang Powell menggunakan lambang swastika adalah sebagai tanda terimakasih Gerakan Kepanduan karena ia tergolong simpatisan Nazi. Dalam biografinya yang berjudul Baden Powell (London: 1989), Tim Jeal mengatakan bahwa Powell sering mengungkap kekagumannya terhadap Buku Meinz Kampf Adolf Hitler. Dalam catatan harian yang ditulisnya, Powell bahkan mengapresiasi ide-ide yang baik tentang pendidikan, kesehatan, propaganda, dan organisasi yang keluar dari buku pimpinan Nazi tersebut. Fakta mengejutkan justru ditunjukkan oleh Oly Nikon Learner. Ia mengaku memiliki sebuah medali orisinal dari seorang anggota kepanduan di tahun 1950-an.Medali ini dengan jelas menunjukkan hubungan Gerakan Kepanduan dengan Nazi. Ia menulis, I know the wearer of this (who died in the 1950s) had met repeatedly with Baden-Powell since he was a senior Greek Boy Scout leader. This being a "friendship" medal, he must have gotten it as part of the recognition of the Greek Boy Scouts by the big chief. Fascinating! Surat-surat Lord Baden Powell membuktikan pendiri gerakan Pramuka ini ingin menjalin hubungan pertemanan dengan Hitler, pemimpin Jerman.

Baden Powell, bapak Pramuka sedunia



Surat-surat yang dibuka badan intelijen Inggris ini membeberkan keinginan Powell ini terjadi setelah dia bertemu Duta Besar Jerman untuk Inggris, Joachim von Ribbentrop, yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri Hitler di akhir 1937. "Dia seorang pria ramah untuk mengobrol," kata Powell menceritakan pertemuan dengan Ribbentrop. "Saya katakan padanya, saya sangat ingin melakukan sesuatu yang membawa pemahaman lebih baik antara kedua negara kami dan berharap ada dialog lebih lanjut sepulang saya dari Afrika," ujar Powell seperti dilansir telegraph.co.uk, 7 Maret 2010. Powell terlihat sangat bersimpati dengan Hitler dalam diarinya yang ditulis pada 1939: "berbaring sepanjang hari. Membaca Mein Kampf." Mein Kampf adalah buku yang ditulis Hitler, membeberkan pikirannya. "Sebuah buku luar biasa, dengan pikiran yang bagus mengenai pendidikan, kesehatan, propaganda, organisasi dan lain-lain," ujar Powell. Detail pertemuan Powell dengan petinggi NAZI yang terjadi dua tahun sebelum pecah Perang Dunia Kedua itu muncul dalam memo yang ditulis Powell dan masuk dalam data MI5, badan intelijen Inggris. Dalam dokumen yang diberikan ke Arsip Nasional itu, Powell mengatakan kepada Komisioner Pramuka Internasional, Hubert Martin, bahwa orang-orang Jerman "paling penasaran Pramuka menjadi lebih dekat dengan gerakan pemuda di Jerman." "Pembicaraan panjang dengan Duta Besar yang berkukuh perdamaian antara kedua negara tergantung kepada pemuda menghasilkan kesepakatan bersama melupakan perbedaan di masa lalu," kata powell.

Karena itu, Powell menyatakan Ribbentrop menyarankan Inggris mengirim satu atau dua orang menemui pemimpin Jerman dan berbicara mengenai itu. Martin lalu memberikan memo itu ke MI5. Seorang pejabat MI5 menemui Martin dan melaporkan "Saya mengatakan padanya bahwa aktivitas itu merupakan bagian kecil dari propanda besar Jerman untuk mendorong persahabatan Anglo-Jerman. MI5, badan intelijen inggris memang menunjukkan bahwa Nazi pernah mengincar organisasi kepanduan Inggris untuk dijadikan rekan kerjasama. Sir Vernon Kernell, mantan Direktur Jenderal M15 pada masa menjelang Perang Dunia II, mengungkapkan sejumlah surat kepada National Archives di Kew. Dalam surat-surat tersebut, termuat permintaan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pemeriksaan terhadap Hitler Youth, sebuah kelompok siswa Jerman di Inggris yang menghabiskan liburan dengan bersepeda. Para siswa tersebut berhenti sejumlah tempat seperti sekolah, klub Rotary, pabrik, dan gereja.

hubungan Scout dengan Nazi



Menurut dokumen tersebut, kelompok Hitler Youth dan Nazi berencana untuk mengadakan tur bersepeda yang melibatkan gerakan Pramuka (Boy Scout). Sebuah pertemuan telah dilangsungkan oleh Lord Baden-Powell, kepala gerakan kepanduan, dan Joachim von Ribbentrop, duta besar Jerman. Pertemuan itu ibarat tangan yang membuat lonceng keamanan di Whitehall berdentang lebih keras. Saat itu, Jerman dan Inggris sedang terlibat dalam perlombaan senjata yang semakin lama semakin memanas. Pada tahun 1937, muncul ketakutan di kalangan penanggung-jawab keamanan Inggris bahwa Jerman sedang melakukan operasi klandestin yang melibatkan "spyclist". Ketakutan terebut merebak seiring dengan munculnya seorang tokoh paling senior Jerman, Jochen Benemann, di Inggris. Benemann dikirim ke Inggris untuk belajar bahasa Inggris. Para petugas intelijen Ingggris rajin membuka dan mengkopi pos Benemann.

Istilah "spyclist" pada mulanya muncul dalam sebuah artikel Daily Herald. Para petugas intelijen menemukan bahwa istilah tersebut berasal dri seorang penulis lepas waktu anti fasis di Praha. Penulis tersebut membuat tulisan berdasarkan sebuah item di dalam majalah German Cyclist. "Tanamkan dalam ingatan Anda akan jalanan dan jalur-jalur, pedesaan dan kota-kota, menara gereja yang memukau, dan pemandangan-pemandangan indah lainnya, sehingga Anda tak akan melupakannya," tulis majalah tersebut. "Buatlah catatan tentang nama-nama tempat, sungai, laut, dan gunung. Mungkin Anda sebaiknya mampu memanfaatkan hal ini untuk kebaikan Ibu Pertiwi....... Jelajahilah sehingga Anda dapat menemukannya di dalam gelap." Seorang petugas M15 menggambarkan tulisan tersebut sebagai "instruksi tersembunyi kepada pihak Nazi untuk melakukan aktivitas bersepeda di negara asing". Maka, para kepala constable pun diutus untuk memerintahkan anak buah mereka agar melaporkan setiap kegiatan bersepeda yang dilakukan pihak Jerman. Dalam sebuah surat yang ditulis Kell untuk Grimsby tertulis, "Kami telah menerima informasi bahwa sebuah kelompok pemuda Jerman akan hadir (dan) bermaksud untuk bersepeda di London pada tahap awal. Sekiranya mereka melintasi daerah Anda, kami mengharapkan segala detail yang dapat Anda berikan tentang rute yang mereka tempuh." Polisi superintendent T. Dawson memberikan sebuah informasi kepada badan keamanan dari Spalding, Lincolnshire. Informasi tersebut berbunyi, "Pada sekitar pukul 4 sore pada hari Jumat tanggal 16 Juli, Saya melihat sebuah kelompok yang terdiri dari 7 anak muda bersepeda di sepanjang jalan Bolton menuju jalan utama Spalding.... Anak-anak muda ini mengenakan celana pndek dengan jaket, masing-masing membawa sesuatu yang tampak seperti kaleng makanan yang ditempelkan di wadah di bagian belakang sepeda. Saya percaya bahwa mereka adalah orang Jerman. Saya tidak bicara kepada mereka." Dokumen-dokumen M15 memuat sebuah berita suratkabar yang diperoleh dari Boston and Spalding Free Press.

Salam ala hitler di Scout?



Menurut berita tersebut, kelompok bersepeda tersebut diterima dalam makan malam klub Rotary. Kelompok bersepeda yang lain tetap diawasi. Home Office juga menginformasikan kepada M15 bahwa kantor tersebut khawatir tentang "Pemuda Nazi yang berganung dengan Pramuka." Kell memberi surat jawaban – ia telah mempelajari bahwa "kelompok Tamworth Boy Scout ikut ambil bagian dalam kamp Hitler Jugend (Pemuda) dekat Hamburg". Terdapat laporan tentang adanya para pelajar Jerman berkamera yang mengunjungi pabrik baja di Sheffield dan menyanyikan lagu dalam bahasa Jerman di sebuah gereja di Dalston. Pada bulan November 1937, deputi pimpinan gerakan Hitler Youth, Hartmann Lauterbacher, tiba di Inggris. Pihak intelijen Ingris makin ketar-ketir. Lauterbacher dan Benemann muncul di Inggris bersamaan dengan hadirnya Lord Baden-Powell di Kedutaan Jerman sebagai tamu yang telah diundang. Baden-Powell menindaklanjuti kunjungannya ke kedutaan besar tersebut dengan menulis sepucuk surat ucapan terima kasih dan sebuah laporan kepada gerakan Scout. Surat dan laporan itu lantas berpndah tangan ke M15. Diduga, seorang petugas pramukalah yang telah memindah-tangankan surat dan laporan tersebut.

Scout berhubungan dengan Hitler Youth?



Surat dan laporan itu tersimpan dalam dokumen yang dibeberkan kepada publik apda hari Senin. Dalam suratnya kepada Ribbentrop, Baden-Powell mengatakan, "Saya setulusnya berharap bahwa kita mampu memberi pernyataan untuk (bekerjasama) melalui para pemuda dari kedua belah pihak." Sementara, dalam suratnya kepada sejawat kepanduan, Baden-Powell mengatakan bahwa ia telah diundang untuk mengunjungi Hitler di Jerman. Ia pun menambahkan, "Baik Lauterbacher dan Benemann sangat penasaran, berpendapat bahwa Scout semestinya semakin mendekatkan diri dengan gerakan kepemudaan di Jerman." "Saya telah bicara panjang-lebar dengan duta besar yang sangat berkeras bahwa perdamaian antara kdua bangsa akan tergantung pada para pemuda yang bersahabat, bersama-sama melupakan perbedaan di masa lalu..... Ribbentrop tampak sangat tulus dan ia adalah orang yang enak diajak bicara. Saya mengenal pamannya di India yang merupakan kepala perkayuan dan perhutanan di sana. Menurut Baden-Powell Jerman akan mencabut larangan bagi pramuka Inggris yang mengenakan seragam. Jerman memberlakukan larangan tersebut karena "pres sosialis" memandang hal tersebut sebagai "sebuah demonstrasi fasis di Jerman." Setelah bertandang ke kedutan besar Jerman, Baden-Powell berkunjung ke Afrika Selatan. Seorang petugas M15 brbincang dengan gerakan kepanduan.

Menurut petugas tersebut, mereka mungkin ingin "membicarakan isu dengan seseorang di jajaran pemerintahan". Lord Cranborne, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kantor Dominion, tidak menerima ide bahwa terdapat hubungan dekat antara Hitler Youth dan Boy Scout. Di Inggris, Lauterbacher mengunjungi Eton dan pelatihan fisik sekolah angkatan bersenjata di Aldershot. Komandan sekolah tersebut, Letnan Kolonel TH Wand-Tetley, diperintahkan untuk melapor kepada "Box 500" – sebutan untuk M15 pada sat itu. "Saya sendiri yang memimpin kelompok tersebut berkeliling sekolah dan menunjukkan mereka kegiatan sehari-hari, lalu saya ajak mereka makan siang di klub petugas," kata Wand‑Tetley. "Mereka tidak mengemukakan pendapat apa pun sehubungan dengan gerakan kepemudaan, namun mereka sangat tertarik pada teknik pelatihan. Saya memperhatikan bahwa mereka merokok dan menenggak double whiskies dan saya ingin tahu apakah mereka melakukan hal ini dengan Hitler Youth." .

Tapi, Pramuka Indonesia gak ikut-ikutan kan?

STOP PRESS





Everything's so blurry
and everyone's so fake
and everybody's empty
and everything is so messed up
pre-occupied without you  
My whole world surrounds you
I stumble then I crawl

You could be my someone
you could be my scene
you know that i'll protect you
from all of the obscene
I wonder what you're doing
imagine where you are
there's oceans in between us
but that's not very far

Everyone is changing
there's noone left that's real
to make up your own ending
and let me know just how you feel
cause I am lost without you  
my whole world surrounds you
I stumble then I crawl

R.A Kartini : Muslim atau Theosofie?

Kamis, 09 Februari 2012



 Kartini sebagai seorang muslim

Menurut Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara, seorang pakar Sejarah dari Universitas Pajajaran dalam bukunya “Api Sejarah” (2009), dari surat-suratnya yang dikenal dengan “Habis Gelap Timbullah Terang” dikisahkan bagaimana kekaguman Kartini kepada Al Qur’an. Kartini pernah menulis tentang kekagumannya terhadapan Kitab Suci muslim ini sebagaimana tertera pada suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 15 Agustus 1902. “Alangkah bebal dan bodohnya kami, kami tidak melihat, tidak tahu bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan disamping kami”. Ahmad Mansyur kemudian menyatakan bahwa Kartini menilai Al Qur’an sebagai gunung kekayaan yang telah lama ada disampingnya. Akibat pendidikan Barat, Al Qur’an menjadi terlupakan, namun setelah Tafsir Al Qur’an dibacanya, Kartini melihat Al Qur’an sebagai gunung agung hakikat kehidupan. Kartini tidak hanya ingin memahami dirinya sendiri, namun juga mempelopori kecerdasan terhadap anak bangsa. Sikap perjuangan Kartini agar kesetaraan pendidikan terhadap anak bangsa yang bukan dari Jawa, menurut Profesor Ahmad Mansyur, sangat dipengaruhi oleh ajaran Al Qur’an. Lingkungan kehidupan kabupaten Jepara merupakan medan persemaian tumbuh kembangnya ajaran Islam di kalangan Boepati yang berpikiran semaju sejalan dengan kaum muda.

Raden Ajeng Kartini



Dalam memandang Islam pun, menurut kacamata Prof. Mansyur Kartini termasuk yg cukup memliki nilai fundamentalistik. Melalui surat-suratnya, Kartini memberikan gambaran akan gagalnya agama Protestan sebagai agama penjajah Belanda. Demikian pula Katolik yang dikembangkan agama penjajah Portugis, sebelum penjajah Protestan Belanda datang. Kepada E.C Abendanon Kartini mengingatkan bahwa Zending Protestan jangan bekerja dengan mengibarkan panji-panji agama. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani. Hal ini akan membuat zending memandang penduduk Islam sebagai musuhnya. Dampaknya semua agama akan menjauhi zending. Kartini menolak ajakan Ny. Van Kol untuk berpindah agama menjadi Kristen. Agama Kristen dalam pandangan Kartini adalah agama penjajah. Hal itu dinilai akan merendahkan derajatnya. Pada tanggal 21 Juli 1902, secara halus Kartini mengatakan kepada Ny, Van Kol, “Yakinlah Nyonya, kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini”. Kartini kemudian mengingatkan Ny. Van Kol, tentang tekad mulianya yang akan tetap erjuang untuk menyadarkan Barat agar dapat bertoleransi terhadap agama Islam, “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang agama kami Islam patut disukai”.

Kartini berjilbab (photoshop edited)



Pada surat itu juga Kartini menulis kepada Ny. Van Kol, ”Tiada Tuhan kecuali Allah! Kata kami umat Islam, dan bersama-sama kami semua yang beriman, kaum monotheis; Allah itu Tuhan, Pencipta Alam Semesta.” Itulah kira-kira paparan Prof. Ahmad Mansyur dan beberapa data lainnya dalam melihat Kartini sebagai pejuang Islam. Bahkan, dalam buku Prof Mansyur, bahasan mengenai Kartini masuk dalam sub bab berjudul ‘Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1242 M). Artinya Prof Mansyur bisa dikatakan mengakategorikan Kartini sebagai orang yang alim dalam Islam.

Kartini dan Pengaruh Theosofi

Sekalipun fakta-fakta kekaguman Kartini akan Islam dan nilai dalam Al Qur’an menjadi tidak terelakkan, fakta lain tentang pengaruh theosofi dalam pemikirannya juga menjadi catatan tersendiri yang mesti diungkap. Banyak Surat Kartini yang kontradiksi atau tidak sejalan terhadap pembelaannya kepada agama Islam. Menariknya ucapan kartini itu disampaikan pada tanggal yang sama pula di saat kekagumannya mengalir kepada Islam. Pada tanggal 15 Agustus 1902, Kartini mengirim Surat kepada Nyonya Abendanon yang bisa dikatakan memandang Islam sebagai agama ritual belaka ”Kami bernama orang Islam karena kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna.” Selanjutnya pandangan teosofis Kartini juga terlihat pada surat yang dikirim ke Nyonya Abendanon tertanggal 14 Desember 1902, berarti empat bulan setelah ia menyatakan kekaguman akan Islam. “Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.” (Surat kepada Ny Abendanon, 14 Desember 1902).

Kartini dan theosofie? (photoshop edited)



Juga suratnya kepada Ny. Andriani, tanggal 24 bulan September 1902 dan 5 Juli 1903
”Betapapun jalan-jalan yang kita lalui berbeda, tetapi kesemuanya menuju kepada satu tujuan yang sama, yaitu Kebaikan. Kita juga mengabdi kepada Kebaikan, yang tuan sebut Tuhan, dan kami sendiri menyebutnya Allah.” (Surat kepada Dr N Adriani, 24 September 1902). ”Tidak peduli agama apa yang dipeluk orang dan bangsa apa mereka itu. Jiwa mulia akan tetap mulia juga dan orang budiman akan budiman juga. Hamba Allah tetap dalam tiap-tiap agama, dalam tengah-tengah segala bangsa” (Surat kepada Dr N Adriani, 5 Juli 1903). Selanjutnya merujuk dari surat-surat “pluralisme” Kartini, Artawijaya dalam buku “Gerakan Theosofi di Indonesia” (2010) menjelaskan bagaimana keterlibatan Kartini dengan Theosofi. Meskipun tak ada pengakuan bahwa dirinya seorang theosof namun beberapa inti ajaran dan ritual theosofi seperti persamaan semua agama, mengabdi kepada “Kebaikan”, sebagai tujuan akhir (ultimate goal), serta ajaran tentang gaya hidup vegetarian yang juga banyak dilakukan anggota theosofi, itu semua diamalkan oleh Kartini. ”Orang yang tidak kami kenal secara pribadi hendak membuat kami mutlak penganut Theosofi, dia bersedia untuk memberi kami keterangan mengenai segala macam kegelapan di dalam pengetahuan itu. Orang lain yang juga tidak kami kenal menyatakan bahwa tanpa kami sadari sendiri, kami adalah penganut Theosofi.” (Surat Kepada Ny Abendanon, 24 Agustus 1902)

Belakangan jaringan theosofi di Indonesia juga mendirikan Kartini School (Sekolah Kartini) yang mulanya didirkan diBandung oleh seorang teosof bernama R. Musa dan kemudian menyebar di berbagai daerah di Jawa. Tercatat ada beberapa daerah yang berdiri Sekolah Kartini, yaitu Jatinegara (Jakarta), Semarang, Bogor, Madiuan (1914), Cirebon, Malang (1916), dan Inderamayu. Jadi, sisi theosofi Kartini juga adalah fakta sejarah yang suka tidak suka, tak bisa kita pungkiri.

Bagaimana Posisi Kartini?
Ada beberapa hal yang mesti kita lihat untuk menengahkan masalah dan dua jati di Kartini yang saling kontradiksi.

Pertama, kita harus meletakkan Kartini sebagai orang awam. Hal inilah yang sempat dinyatakan Tiar Anwar
Bachtiar, Kandidat Doktor Sejarah Universitas Indonesia, dalam wawancaranya dengan Eramuslim.com berjudul "Pakar Sejarah: Kesan Feminis Kartini Adalah Taktik Belanda", pada tanggal 20 April 2011.
Sebagai catatan, Kartini sejak umur 12 tahun banyak berdiam diri di rumah dan harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Oleh karenanya dalam masa “pencarian” itu, Kartini akan bertemu apa saja, siapa saja dan dimana saja, termasuk akhirnya Belanda. Secara psikologis, Kartini terombang-ambing untuk memenuhi dahaganya tentang arti sebuah agama. Kartini pun juga tidak memiliki fundamentasi Islam yang kuat. Lingkungan di sekitar Kartini cenderung merujuk kepada Isalm kejawen yang mencampurkan agama tauhid dengan sinkretisme.

Kedua, pengaruh Belanda. Ayah Kartini, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara terkenal memiliki jaringan luas terhadap Belanda. Saat itu ada semcam prestise tersendiri di kalangan birokrat Nusantara saat memiliki persentuhan dengan bangsawan Belanda. Hal ini kemudian didukung suasana tempat belajar Kartini (sampai usia 12 tahun) di ELS (Europese Lagere School) dimana hampir semua gurunya orang Belanda. Pelajar di Sekolah Belanda dan gurunya sedikit banyak terlibat theosofi. Tidak hanya terpengaruh theosofi, Kartini juga terpengaruh pemikiran liberalisme dan feminis ekstrimis-nya Stella Zeehandelaar. Setelah mendekam di rumah, karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Disinilah faktor kolonialisme dimanfaatkan Belanda untuk “membentuk” Kartini.

Ketiga, terputusnya hubungan Kartini dengan Kiai Soleh Darat di Semarang. KH.Soleh Darat merupakan sosok ulama yang memilki andil besar terhadap Kartini di akhir-akhir hidupnya. Kiai Soleh Darat adalah guru dari ulama-ulama’ yang mendirikan NU dan Muhammadiyyah, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH Mahfuzd (pendiri Ponpes Termas, Pacitan), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan lain sebagainya. Dengan Kiai Soleh Darat, Kartini bagai bertemu cahaya yang mengantarkannya ke pemikrian Islam yang sesungguhnya. Suaminya pun, seorang Bupati Rembang, termasuk santri yang agak senang mengaji. Namun sayang pertemuan Kartini dengan Kiai Soleh Darat, tidak berlangsung lama. Kiai Soleh Darat meninggal pada tahun itu juga, menyusul Kartini pada satu tahun berikutnya. Namun sampa detik ini, belum ada fakta sejarah yang menceritakan bahwa Kartini menarik ucapan-ucapanya terkait theosofi. Atau mungkin belum sempat menariknya. Tapi yg jelas pembelaan Kartini terhadap agama itu nyata, namun pembelaan Kartini terhadap nilai-nilai Theosofie juga nyata. Jadi apakah Kartini pengidap kepribadian ganda? Atau Kartini adalah orang yg sedang mencari jalan kebenaran dan jika ini benar, manakah yang akrinya ia pilih? Agama atau theosofie? Masih belum jelas.