Kisah yang dicontek cerita Tarzan yang terlupakan bagian 2

Selasa, 08 Februari 2011


Ada satu hal yang musti lo ketahui bahwa sebelum era renaissance Eropa, di daerah timur tepatnya peradaban Arab-Andalusia telah lebih dulu terbit cahaya iptek, gak Cuma ilmu agama atau ilmu gimana jadi tukang adzan yang suses aja tapi semua ilmu itu berkembang dari ilmu social sampai ilmu alam, dari ilmu sastra sampai filsafat. Nah orang zaman itu udah sadar kalau mau ngajarin filsafat buat pemula itu jagan pakai cara biasa yang ribet, misal menurut Arsitoteles Ontologis adalah bla bla bla gitu kan bingung. Nah para filsuf itu dulu menggabungkan antara sastra dengan filsafat biar otak pemula itu lebih bisa nangkep ilmu filsafati. Maka zaman itu banyak tuh cerita-cerita sastra yang bermacam-macam banyaknya dan masing-masing punya maksud filsafat sendiri-sendiri. Salah satunya itu cerita yang dikasih judul Hayy ibnu Yaqdzan fil asrar al-himat al-masyriqiyyat yang ngarang bernama Abu Bakar ibnu Abdul Al-Malik ibnu Muhammad ibnu thufail ( zaman dulu kalau namain anak gak panjang gak asik katanya)

Trus gimana caranya ngelacak kalau cerita Tarzan itu gak orisinil alias nurun Cerita Hayy ibnu Yaqdzan? Ya caranya dibedah filsafatnya ( sebenarnya ini cara yang advance, kalau mau cara yang gampang juga ada). Emm.. perhatiin dah di kisah Tarzan itu kan si Tarzan terdampar di hutan lebat dan otromatis dia harus belajar bertahan hidup tanpa bantuan orang tua, dia harus melatih penglihatan, pendengaran, perasa, pencium, dan peraba, tapi itu doang gak cukup dong dia juga harus bisa bertahan ma mencari makan, caranya dengan merhatiin bahasa sekawanan gorilla atau monyet yang ngajarin Tarzan gimana caranya berayun-ayun dengan akar pepohonan dan juga berkomunikasi dengan aksen yang terkenal itu ( tereak gak jelas) dan sekarang entah kenapa jadi trademark orang primitif nyaingin tereakan dayak ma Indian. Artinya apa? Artinya Tarzan itu belajar langsung dari alam atau dengan kata lain Tarzan itu belajar dengan intuisi langsung, si Tarzan ini mempelajari apa yang dia liat aja, apa yang Nampak nyata aja di depan dia atau spesifiknya tarzan ini mempelajari fenomena, dan apa ilmu filsafat yang bilang cara mendapatkan pengetahuan yang benar itu dengan intuisi yang mempelajari fenomena? Pastinya fenomenologi. Trus yang kedua akhirnya ending dari cerita Tarzan kan dia ma jane akhirnya hidup bahagia untuk selamanya ini jelas pikiran dari aliran ekstensialisme. Dan, aliran ini muncul dan lagi booming di zaman cerita Tarzan ini muncul. Fenomenologi muncul 1859-1938, ekstensialisme 1813-1855 dan booming 1905-1980 cerita Tarzan dikarang tahun 1912, apalagi yang ngarang Trazan sendiri bilang bahwa cerita Tarzan itu sebenarnya untuk mengkritik masyarakat barat yang tergila-gila ma Iptek tapi kering ma agama, padahal gak semua fenomena itu bisa dijelaskan pake iptek tapi musti pake intuisi murni yang muncul dari agama, nah pas kan? Trus apa cerita Hayy itu juga punya maskud serupa? Jawabannya iya.

Cerita Hayy itu mengandung tiga maksud penting, yang pertama Orang yang baik harus punya indera yang baik persis yang dilakukan Hayy yang dengan panca indera bisa belajar bertahan hidup di pulau. Kedua, Orang harus punya akal seperti yang Hayy lakukan waktu dia sadar kalau semua di dunia ini gak ada yang abadi ( matahari tenggelam, rusa yang mengasuh dia akhirnya semakin tua dan mati ) dan yang ketiga, intuisi. Hayy itu adalah karakter yang percaya wahyu dari tuhan bakal membimbingnya dalam kehidupan. Nah, gabungan dari indera-rasio-intuisi ini yang menghidupkan aliran fenomenologi. Mirip ma Tarzan? Pastinya.

Cara yang lain buat ngeliat hubungan cerita Tarzan-Hayy itu dengan ngelacak aliran terjemahan buku karangan Ibnu Thufail yang ngarang Hayy. Ternyata memang cerita Hayy ini udah bikin sarjana-sarjana barat terkagum-kagum. Ya gimana gak kagum di barat aliran fenomenologi baru muncul abad 19 tapi di zaman cerita Hayy ini dibikin ternyata udah banyak yang nganut aliran fenomenologi di Timur ya cerita Hayy ini contohnya. Makanya mereka berbondong-bondong nerjemahin cerita Hayy ini ke dalam berbagai bahasa. Abad ke 14 diterjamahin ke bahasa Ibrani oleh Moses Narbone, Abad ke 15 diterjemahin ke bahasa latin oleh Giovanni Vico Dola Mirandola ( eh..Dola Mirandola? Hehehe) tahun 1647 diterjemahin ke bahasa latin juga oleh Edward Pockoke trus dikasih judul " Philosophus Autodidaktus" tahun 1708 diterjemahin ke bahasa Inggris oleh Simon Oekley trus dikasih nama "The Improvent Of Human Reason" tahun 1929 diterjemahin juga ke bahasa Inggris dengan judul " the history of Hayy Ibn Yaqdzan" dan yang paling baru diterjemahin ke bahasa Perancis thaun 1936 oleh Leon Gauthier dan dikasih nama " Hayy ben Yaqdzan, Roman Philosophique d'Ibn Thofail".

Semua terserah lo buat nilai apa Tarzan itu nyontek, plagiat, atau Cuma terinspirasi doang karena sebenarnya cerita Hayy ibnu Yaqdzan ini juga gak orisinil karena juga nyontek karangan Ibnu Sina yang judulnya " Salman Wa Absal" apalagi tokoh Salman dan Absal juga ada di cerita Hayy ibnu Yaqdzan, dan cerita "Salman wa absal" ibnu sina juga gak orisinil karena nyontek karya Hunain bin Ishak dan Ibnu Arabi. Hahahaha ternyata sami mawon nurun kabeh. Hahaha terserah dah kebet aja semua. hahahai

0 komentar: